Rabu, 04 Februari 2009

ROCK CLIMBING (part 2)

Fissure Climbing

Tehnik memanjat dengan cara menempatkan atau menyisipkan anggota tubuh pada celah

yang terdapat pada tebing, seolah berfungsi seperti pasak




Jamming


Tehnik memanjat dengan cara menyisipkan tangan, kaki, siku pada celah yang tidak terlalu lebar atau sempit, seolah menyerupai pasak.

Adapun tangan dan kaki diselipkan dan disesuaikan dengan posisi celah dimana posisibadan diatur senyaman mungkin.




Bridging

Pemanjatan celah vertical yang lebih besar ( gullies ). Caranya adalah dengan menempatkan

kedua tangan dan kaki sebagai pegangan pada celah tersebut, posisi badan mengangkang, kaki sebagai tumpuan dibantu dengan tangan

Chimneying

Tehnik memanjat celah vertikal yang cukup lebar ( chimney ). Badan masuk ke celah, dengan punggung menempel pada salah satu sisi celah. Dua kaki bertumpu berlawanan sisi kedua tangan yang menempel dan berpegangan membantu mendorong tubuh ke atas bersamaan dengan kedua kaki yang mendorong dan menahan berat beban.

Layback

Tehnik memanjat celah vertikal dengan menggunakan kedua tangan dan kedua kaki. Jari tangan mengapit tepi celah, punggung membungkuk sedemikian rupa untuk menempatkan kaki pada celah yang berlawanan. Tangan menarik ke belakang dan kaki mendorong ke depan untuk bergerak naik silih berganti.



DASAR - DASAR PEMANJATAN


Dilihat dari segi penggunaan peralatan, pemanjatan sendiri dapat dibagi atas;


Free Climbing


Dalam metode ini pemanjatan ini, pengaman yang terbaik adalah diri sendiri. Keselamatan dapat dihindarkan dengan adanya keterampilan yang di

peroleh dari latihan demi latihan yang baik dan prosedur yang benar. Dengan latihan yang baik otot – otot tangan dan kaki akan cukup kuat dan terlatih dengan sendirinya, keseimbangan tubuhpun akan terus berkembang. Disamping itu kita akan dapat memperkirakan kemampuan kita serta memperhitungkan lintasan yang akan dilalui. Dalam Free Climbing peralatan berfungsi sebagai pengaman, dalam pelaksanaannya pemanjat akan bergerak sambil memasang pengaman dan tetap diamankan oleh Bela

yer.



Free Soloing

Merupakan bagian dari Free Climbing. Pemanjat benar – benar melakukan pemanjatan dengan segala resiko yang siap dihadapinya sendiri. Dalam pergerakannya, pemanjat tidak memerlukan pengaman. Untuk melakukan metode pemanjatan ini, seorang pemanjat harus benar – benar mengetahui dan menguasai tehnik dan segala bentuk rintangan, juga bentuk – bentuk pergerakan pada rute yang dilalui, baik tumpuan ataupun pegangan.Umumnya keberhasilannya dicapai dalam beberpa kali pemanjatan pada tebing yang sama Karena resikonya yang sangat fatal,

hanya orang yang ahli dan berjiwa besar yang sanggup melakukannya.



Artficial Climbing.


Suatu metode pemanjatan dengan menggunakan peralatan tambahan, seperti bolt hanger, stirrup, dan lainnya. Metode ini dipakai umumnya jika pemanjatan mengahadapi medan yang kurang memberikan tumpuan, pegangan dan ruang gerak yang kurang memadai, atau permukaan tebing yang licin. Peralatan berguna sebagai pegangan dan tumpuan, peralatan dan tehnik yang digunakan dimulai dari yang sederhana dan tepat. Kemampuan untuk bergerak dan aman bukan disebabkan alat modern, tetapi lebih pada penggunaan alat dan tehnik yang baik. Dalam metode ini tehik Ascending / Jugging, lebih kita kenal dengan Jummaring, sering digunakan.


Dari semua gerakan memanjat, keseimbangan adalah unsur yang sangat penting. Untuk mencapai keseimbangan berat badan adalah dengan mengusahakan berat badan bertumpu pada kedua kaki. Prinsip yang umum adalah menjaga jarak antara badan dengan tebing, agar pandangan untuk membaca lintasan cukup leluasa, kita juga harus menghindari penggunaan tangan dan bahu secara berlebihan, karena akan sangat mengurangi kekuatan. Seperti menemui tebing menggantung (overhang) tangan dan bahu dapat digunakan.

Dari semua gerakan memanjat, keseimbangan adalah unsur yang sangat penting. Untuk mencapai keseimbangan berat badan adalah dengan mengusahakan berat badan bertumpu pada kedua kaki. Prinsip yang umum adalah menjaga jarak antara badan dengan tebing, agar pandangan untuk membaca lintasan cukup leluasa, kita juga harus menghindari penggunaan tangan dan bahu secara berlebihan, karena akan sangat mengurangi kekuatan. Seperti menemui tebing menggantung (overhang) tangan dan bahu baru dapat digunakan agak berlebihan.



Pemanjatan merupakan gabungan dari berbagai dasar, yaitu pengamatan medan, penentuan lintasan yang akan dilalui, juga memikirkan tehnik yang akan dipakai baik secara keseluruhan ataupun selangkah demi selangkah. Hasil pengamatan dan pemikiran diperlukan untuk mempersiapkan perlengkapan yang diperlukan, serta gerakan memanjatpun harus disesuaikan dengan lintasan dan tehnik yang direncanakan. Usahakan jangan menjangkau terlalu jauh, sehingga berat badan tetap terkonsentrasi pada bidang tumpuan. Gerakan yang terlalu jauh dan tergese-gesa bisa, berbahaya, ketangkasan bergerak adalah hasil latihan yang teratur.



Dengan kegiatan dasar diatas kita dapat mengerti dan menyadari apa saja sesungguhnya masalah yang ada selama pemanjatan, sehingga dengan demikian kita dapat mempersiapkan dan berlatih serta selalu mengembangkan kemampuan dengan lebih terarah dan efektif
.



PEMANJATAN ARTIFICIAL

Tidak semua tebing yang akan kita panjat menghadirkan tonjolan, rekahan atau celah yang cukup untuk pegangan dan pijakan, untuk menghadapi tebing seperti ini dikembangkan tehnik pemanjatan yang tergantung sepenuhnya pada penggunaan alat, tehnik pemanjatan ini dikenal dengan Artificial Climbing.

Pemanjatan Artificial merupakan proses yang sangat lambat dan melelahkan, anda juga harus menegakkan badan tinggi-tinggi, dan kedua tangan bergerak mencari celah untuk menancapkan pyton atau menempatkan alat sisip pada satu tangan anda harus menarik tali dan mengaitkannya ke runner yang lebih tinggi. Setelah itu anda harus kenbali mengangkat badan untuk kembali mencari celah dan memasang runner berikutnya, begitu seterusnya.


Peralatan lain yang perlu dibawa adalah pyton, chock, carabinner (20-40 bh), ascender, stirrup untuk melalui lintasan berupa tebing yang menggantung (

overhang) dan tebing atap (roop), dan beberapa peralatan lainnya (chok, friends, cam).

KLASIFIKASI TINGKAT KESULITAN TEBING


Tingkat kesulitan tebing di beberapa negara berbeda, contoh di belahan Amerika ditandai dengan angka 5, di Eropa diawali dengan huruf A.


Kelas1. Dapat berjalan tegak da tidak memerlukan peralatan khusus


Kelas 2. Medannya sedikit sulit, sehingga diperlukan sepatu yang memadai dan penggunaan tangan sebagai bantuan (scrambling)


Kelas 3. Medan semakin cyram, sehingga dibutuhkan sedikit tehnik-tehnik climbing, namun penggunaan tali belum diperlukan


Kelas 4. Kesulitan bertambah, dibutuhkan tali pengaman dan pasak tebing utnuk anchor/runner (Expossed Climbing)


Kelas 5. Rute yang dilalui sulit, namun berbagai peralatan masih berfungsi sebagai pengaman


Kelas 6. Tebing tidak lagi memberikan pegangan, pijakan, celah, rongga atau gaya geser (friksi)

Tidak ada komentar: