Dengan membedakan daerah atau
Rock Climbing sendiri dikenal sebagai suatu perjalanan pendek yang umumnya tidak memakan lebih dari satu – dua hari, namun terkadang lebih, dan kegiatan ini sangat membutuhkan penguasaan tehnik pemanjatan dan pemakaian peralatan.
Kadang timbul pertanyaan pada diri kita; kenapa sih naik gunung? Goerge L. Mallory (pendaki legendaris Inggris) menjawabnya dengan; Because it”s there. Lalu pertanyaan lainnya, apa yang kau dapatkan disana? Reinhold Messner, seorang pendaki besar yang berpengalaman di
Olahraga seperti ini adalah menyenangkan, barangkali sedikit egois. Segala kenikmatan pada saat kita menyelesaikan sebuah
Rock Climbing adalah tehnik memanjat tebing batu dengan memanfaatkan cacat batuan, baik rekahan maupun tonjolan batu ( crack and ledges ). Dengan pengertian ini maka memanjat tebing tanpa memanfaatkan cacat batuan bukan lagi tehnik Rock Climbing.
Dalam tehnik memanjat, bermacam tonjolan dan rekahan (crack and ledges) dijadikan tumpuan kaki dan tangan, permukaan tebing yang tak rata, karena mengalami pengikisan, akibat pengaruh suhu, angin, air dan lainnya. Dinding mengalami kontraksi dan ekspansi, yang kemudian memunculkan celah dan lubang dari yang kecil, sempit, hingga panjang dan lebar, sehingga dapat djadikan tumpuan.
Tehnik memanjat tebing pada dasarnya merupakan cara agar kita dapat menempatkan tubuh sedemikian rupa, sehingga cukup stabil, memberi peluang untuk bergerak dan dapat bertahan lama (tidak melelahkan). Dengan demikian kita dapat melakukan pemanjatan dengan tepat, aman dan sedapat mungkin cepat.
II. KLASIFIKASI PANJAT TEBING
Dalam panjat tebing terdapat dua klasifikasi pembedaan yaitu;
1.Pembedaan antara Free Climbing dengan Artificial climbing.
III. KASIFIKASI dan GRADE DALAM PANJAT TEBING
Seperti dalam olahraga lainnya, seorang atlit dapat terukur kemampuannya pada suatu tingkat pertandingan. Dalam panjat tebing terdapat klasifikasi tebing berdasarkan tingkat kesulitannya, dengan demikian dapat diukur kemampuan seseorang. Sierra Club, sebuah klub mountaineering membagi kelas-kelas tersebut, terdiri dari;
Kelas 1. Cross Country Hiking
Perjalanan biasa tanpa membutuhkan bantuan tangan untuk mendaki atau menambah ketinggian.
Kelas 2. Scrambling
Medannya sedikit sulit, sehingga diperlukan sepatu yang memadai dan penggunaan tangan sebagai pembantu, namum belum meggunakan tali.
Kelas 3. Easy Climbing
Secara scrambling dengan bantuan dasar teknik mendaki (climbing) sangat membantu, untuk pendaki yang kurang pengalaman dapat menggunakan tali.
Kelas 4. Rope climbing with belaying
Kelas 5
5.1 - 5.4 Terdapat dua tumpuan untuk tangan dan dua untuk kaki dalam tiap gerakan. pegangan bertambah kecil sesuai dengan pertambahan angka.
5.5 - 5.6 Ada tumpuan kedua tangan dan kaki bagi yang berpengalaman, tapi belum tentu untuk pemula
5,7 - 5,8 Lintasan pemanjatan untuk pegangan dan pijakan sangat banyak, besar dan mudah didapat. Sudut kemiringan tebing belum mencapai 90 derajat.
5.9 Mulai agak sulit, dimana jarak antar pegangan dan pijakan mulai berjauhan tetapi masih banyak dan besar
5.10 Kesulitan bertambah. Komposisi pegangan dan pijakan mulai bervariasi, besar dan kecil. Jarak antara celah dan tonjolan mulai berjauhan. Terdapat dua tumpuan tangan dan satu tumpuan kaki, factor kesimbangan mulai dibutuhkan
5.11 - 5,12 Letak satu pegangan dengan yang lainnya berjauhan dan berukuran kecil, yang hanya dapat dipegang oleh beberapa jari saja. Kedua kaki mulai bergerak melebar agar dapat bertumpu pada tumpuan berikutnya. Bentuk tebing mulai bervariasi antara overhang dan roof.
5,13 – 5.14 Jalur lintasan bervariasi antara tebing overhang dan roof dengan satu tumpuan kaki dan satu tumpuan tangan. pemanjat mulai melakukan gerakan gesek (friction) dan bertumpu pada ujung jari (edginh), bahkan harus mengaitkan tumit pada pijakan (hooking)
Dibawah ini adalah penomeran tingkat kesulitan kelas 5 yang berbeda nomor di tiga negara
| PERANCIS | AMERIKA SERIKAT |
9 | 4 | 5.6 |
10 | 4 | 5.6 |
11 | 5a | 5.7 |
12 | 5a+ | 5.8 |
13 | 5b | 5.8 |
14 | 5b+ | 5.8 |
15 | 5c | 5.9 |
16 | 5c+ | 5.10a |
17 | 6a | 5.10b |
18 | 6a+ | 5.10c |
19 | 6b | 5.10d |
20 | 6b+ | 5.11a |
21 | 6c | 5.11b |
22 | 6c+ | 5.11c |
23 | 7a | 5.11d |
24 | 7a+ | 5.12a |
25 | 7b | 5.12b |
26 | 7b+ | 5.12c |
27 | 7c | 5.12d |
28 | 7c+ | 5.13a |
29 | 8a | 5.13b |
30 | 8a+ | 5.13c |
31 | 8b | 5.13d |
32 | 8b+ | 5.14a |
33 | 8c | 5.14b |
34 | 8c+ | 5.14c |
35 | 9a | 5.14 |
Kelas A
Tingkat kesulitan ini dihitung berdasarkan alat-alat yang digunakan untuk menambah ketinggian. Karena faktor permukaan tebing, seorang pemanjat diharuskan menggunakan alat penambah ketinggian. Dibagi menjadi
Grade
Merupakan ukuran banyaknya teknik pendakian yang diperlukan. Faktor rute yang sulit dan cuaca buruk dapat menambah bobot grade menjadi lebih tinggi. Sebagai contoh, tebing kelas 5.7 yang rendah dan dekat dengan jalan raya, mungkin akan mempunyai grade I (satu). Pembagian grade adalah sebagai berikut;
Grade
Grade II. Bagian yang menimbulkan beberapa kesulitan teknik, dan harus ditempuh
Grade III. Bagian yang menimbulkan kesulitan teknik, Harus ditempuh sekitar 4 – 7 jam.
Grade IV. Membutuhkan waktu 7 -10 jam.
Grade V. Membutuhkan waktu 1 – 2 hari.
Grade VI. Biasanya membutuhkan waktu dua hari atau lebih dengan banyak
IV. TEHNIK PANJAT TEBING
A. STRUKTUR GUNUNG dan TEBING
Dengan mengetahui struktur gunung atau tebing, akan lebih mudah untuk merencanakan sebuah jalur yang akan dipanjat, merencanakan tempat untuk beristirahat, dan sebagainya. Faktor lain yang memiliki kaitan erat adalah musim dan cuaca, terutama arah angin. Akan lebih sulit memanjat suatu dinding bagian selatan saat angin bertiup kencang dari arah selatan, daripada saat angin bertiup dari arah utara
Seperti juga pada mendaki gunung (hill walking), memanjat tebing juga memerlukan pengetahuan rute yang akan diambil. Di negara-negara maju disediakan buku petunjuk rute suatu tebing dengan tingkat kesulitan, bahkan peralatan yang dipakai. Dengan demikian pemanjat dapat memanjat dengan memperhitungkan kemampuannya.
Umumnya dinding tebing terdiri dari bermacam-macam crack and ledges, yang disebabkan pengaruh suhu, angin, iklim, hujan dan faktor lainnya. Dinding mengalami kontraksi dan ekspansi yang kemudian memunculkan celah dan lubang dari yang kecil, sempit, hingga panjang dan lebar. Karena sering mengalami pengikisan permukaan tebing menjadi tidak rata, sehingga dapat dijadikan tumpuan
Pengetahuan dasar tentang stuktur tebing itu sendiri juga sangat perlu diketahui. Antara lain;
·Bentuk tebing bagian yang dilihat secara keseluruhan mulai dasar sampai puncak
·Blank bentuk tebing yang mempunyai sudut 90° atau vertical
·Overhang bentuk tebing yang mempunyaio kemiringan 10° - 80°, terletak
·Roof bentuk tebing yang mempuyai sudut 0° - 80°, terletak menjorok ke dalam
·Top bagian tebing paling atas, yang merupakan tujuan akhir pemanjatan
Kemudian ada soal bentuk permukaan tebing yang merupakan bagian dari tebing nantinya akan digunakan untuk pegangan atau pijakan dalam suatu pemanjatan. Bagian ini dikategorikan menjadi tiga bagian, yaitu
- Face permukaan tebing mempunyai tonjolan
- Slap / friction permukaan tebing yang tanpa tonjolan atau celah, rata, dan tak ada cacat batuan
- Fissure permukaan tebing yang mempunyai celah/crack
Tidak ada komentar:
Posting Komentar